Review Komik China: Tales of Demons and Gods. Pada 26 Oktober 2025 ini, manhua China “Tales of Demons and Gods” kembali mencuri perhatian di kalangan penggemar genre xianxia, terutama setelah rilis chapter terbaru yang menandai keluarnya dari hiatus singkat. Sejak debut pada 2015, cerita ini telah menarik jutaan pembaca global dengan trope reinkarnasi yang cerdas dan dunia fantasi yang kaya. Mengisahkan Nie Li, seorang ahli spiritualisme iblis yang mati dalam pertempuran epik, hanya untuk terbangun kembali di tubuh remajanya, manhua ini bukan sekadar petualangan kultivasi, tapi eksplorasi tentang balas dendam, persahabatan, dan cinta di tengah ancaman kehancuran. Di tengah ledakan konten digital Asia, “Tales of Demons and Gods” tetap relevan sebagai benchmark kualitas, dengan adaptasi animenya yang kontroversial dan komunitas penggemar yang aktif. Review ini menyoroti kekuatan dan kelemahan cerita ini, mengajak pembaca baru merasakan mengapa ia bertahan sebagai favorit abadi di dunia komik fantasi. BERITA BASKET
Plot dan Karakter yang Memikat: Review Komik China: Tales of Demons and Gods
Inti kekuatan “Tales of Demons and Gods” terletak pada plot reinkarnasi yang rumit tapi mengalir mulus, di mana Nie Li gunakan pengetahuan dari kehidupan sebelumnya untuk ubah nasib Glory City—kota terakhir yang selamat dari serangan binatang iblis. Cerita dimulai dengan Nie Li yang kembali ke masa sekolah, di mana ia harus kultivasi ulang, kumpul artefak kuno, dan bangun aliansi sambil hindari pengkhianatan dari sekte-sekte berkuasa. Twist seperti pengungkapan identitas musuh dan romansa segitiga dengan Xiao Ning’er serta Ye Ziyun tambah lapisan emosional, membuat pembaca ketagihan untuk lihat bagaimana Nie Li balikkan keadaan.
Karakter utama Nie Li adalah highlight: ia bukan pahlawan sempurna, tapi pemuda licik yang campurkan humor sarkastik dengan tekad baja, sering gunakan trik ala “pengetahuan masa depan” untuk taklukkan lawan yang lebih kuat. Pendukung seperti Du Ze dan Lu Piao beri dinamika bromance yang hangat, sementara antagonis seperti keluarga Sacred Family wakili korupsi kekuasaan yang relatable. Namun, plot kadang terasa repetitif di arc kultivasi awal, di mana Nie Li terlalu dominan, kurangi ketegangan. Sampai chapter 500-an, cerita sudah melebihi novel aslinya, dengan klimaks melibatkan perang skala besar yang puaskan penggemar aksi. Secara keseluruhan, plot ini beri rasa pencapaian progresif, ideal untuk pembaca yang suka cerita panjang dengan payoff besar.
Gaya Seni dan Adaptasi Media: Review Komik China: Tales of Demons and Gods
Seni visual manhua ini adalah salah satu yang terbaik di genre xianxia, dengan ilustrasi detail yang hidupkan dunia fantasi penuh naga, artefak bercahaya, dan pertarungan udara spektakuler. Panel dinamis tangkap gerakan cepat dalam duel kultivasi, sementara latar Glory City—campuran arsitektur kuno dan reruntuhan mistis—ciptakan imersi mendalam. Warna cerah tapi tak berlebihan dukung nuansa epik, terutama di momen transformasi spiritual di mana aura karakter meledak seperti kembang api. Seniman sukses adaptasi elemen novel menjadi visual yang tak kalah dramatis, meski kadang pacing seni lambat di arc dialog panjang.
Adaptasi animenya, yang tayang 2017, dapat review campur: seni 3D terasa kaku dibanding manhua 2D, dan pacing terburu-buru hilangkan nuansa karakter. Namun, ia perkenalkan cerita ke audiens lebih luas, dengan season kedua yang direncanakan 2026 beri harapan perbaikan. Versi novel web asli lebih fokus narasi internal Nie Li, tapi manhua unggul dalam ekspresi visual emosi, seperti tatapan penuh dendam saat ia ingat kematian masa lalu. Bagi penggemar, manhua tetap pilihan utama, dengan update mingguan yang jaga momentum sejak hiatus 2024. Gaya ini buktikan komik China bisa saingi manga Jepang dalam hal produksi berkualitas tinggi.
Tema dan Dampak Budaya
Tema utama “Tales of Demons and Gods” sentuh isu universal seperti balas dendam yang konstruktif dan nilai persahabatan di tengah pengkhianatan, di mana Nie Li tak hanya kuat secara fisik tapi juga emosional—ia belajar maafkan masa lalu untuk lindungi masa depan. Elemen kultivasi xianxia, seperti tingkatan realm spiritual dan pil obat ajaib, jadi metafor perjuangan pribadi: setiap level up wakili pertumbuhan diri, tapi juga kritik halus terhadap hierarki sosial di mana yang lemah tertindas. Romansa ringan tambah kedalaman, tunjukkan cinta sebagai kekuatan penyembuh di dunia brutal.
Dampak budayanya luas: manhua ini dorong boom genre reinkarnasi di platform baca digital, inspirasi ribuan fanfic dan cosplay di konvensi Asia. Di komunitas global, diskusi Reddit dan forum sering angkat tema ketahanan mental, terutama pasca-pandemi, di mana Nie Li jadi ikon “comeback story”. Kritik minor termasuk stereotip karakter wanita yang pasif awalnya, meski arc selanjutnya beri mereka agency lebih. Secara keseluruhan, tema ini resonan dengan pembaca muda yang hadapi tekanan karir dan hubungan, buat cerita tak hanya hiburan, tapi cermin kehidupan nyata.
Kesimpulan
“Tales of Demons and Gods” layak jadi bacaan wajib bagi penggemar fantasi China, dengan plot memikat, seni memukau, dan tema yang mendalam yang bertahan sejak 2015 hingga update 2025. Meski punya kekurangan seperti repetisi arc, kekuatannya dalam karakter Nie Li dan dunia Glory City buat ia tak tergantikan. Di tengah persaingan ketat genre xianxia, manhua ini ingatkan bahwa cerita hebat lahir dari keseimbangan aksi dan hati. Jika Anda baru mulai, loncat ke chapter 100 untuk hindari pacing lambat awal—siapa tahu, reinkarnasi Nie Li bisa inspirasi comeback Anda sendiri. Tetap ikuti update, karena perjalanan iblis dan dewa ini masih panjang, penuh kejutan yang bikin nagih.