Review Komik Naruto: Pertarungan Terbaik di Shippuden. Pada 24 Oktober 2025, tepat dua dekade setelah Naruto Shippuden mulai mengguncang dunia anime, gelombang rewatch dan diskusi ulang muncul di kalangan penggemar global. Serial ini, yang tayang dari 2007 hingga 2017, tetap jadi benchmark pertarungan epik di genre shonen, dengan animasi Studio Pierrot yang kini dibahas ulang di platform streaming. Di tengah tren nostalgia pasca-pandemi, survei komunitas online tunjukkan 65 persen penggemar anggap Shippuden puncak Masashi Kishimoto, terutama babak pertarungan yang campur emosi, strategi, dan kekuatan destruktif. Dari Pain’s Assault hingga akhir perjalanan Naruto dan Sasuke, momen-momen ini bukan sekadar aksi, tapi klimaks karakter yang bikin penonton terpaku. Dengan remaster 4K yang rilis awal tahun ini, review pertarungan terbaik kembali ramai—bukan cuma soal chakra dan jutsu, tapi bagaimana mereka bentuk legacy ninja. Di era Boruto yang lebih ringan, Shippuden ingatkan kenapa Naruto tetap raja: pertarungan yang tak hanya menghibur, tapi mengubah hati. BERITA BASKET
Naruto vs Pain: Simfoni Rasa Sakit dan Pertumbuhan: Review Komik Naruto: Pertarungan Terbaik di Shippuden
Salah satu pertarungan paling ikonik di Shippuden adalah bentrokan Naruto Uzumaki melawan Pain, pemimpin Akatsuki yang hadir di arc Pain’s Assault (episode 152-175). Ini bukan sekadar duel fisik, tapi pertarungan ideologi yang penuh emosi, di mana Naruto hadapi enam tubuh Pain—masing-masing mewakili aspek penderitaan dunia shinobi. Animasi di sini brilian: Rasengan vs Shinra Tensei ciptakan ledakan visual yang bikin layar retak, sementara dialog tentang siklus kebencian tambah kedalaman. Fakta menarik, pertarungan ini tayang saat Shippuden capai puncak rating 12 persen di Jepang, dan kini, dengan remaster, detail seperti bayang-bayang chakra terlihat lebih tajam.
Yang bikin epik adalah transformasi Naruto: dari mode Kyuubi liar ke Sage Mode yang terkendali, ia tak hanya hancurkan Pain, tapi juga pecahkan ilusi Nagato. Strategi Pain dengan Rinnegan—mengendalikan enam jalan—uji batas Naruto, tapi momen klimaks saat ia tolak balas dendam dan pilih perdamaian, jadi turning point seri. Penggemar sering bilang ini pertarungan terbaik karena campur aksi brutal (seperti Chibaku Tensei yang hampir telan Konoha) dengan filosofi, bikin penonton nangis sekaligus tegang. Di rewatch 2025, ini tetap nomor satu karena relevansinya: di dunia penuh konflik, Naruto ajar bahwa kekuatan sejati ada di empati, bukan tinju. Pertarungan ini bukan cuma highlight Shippuden; ia definisi pertumbuhan karakter.
Sasuke vs Itachi: Saudara yang Hancurkan Hati: Review Komik Naruto: Pertarungan Terbaik di Shippuden
Tak kalah menyayat adalah duel Sasuke Uchiha vs Itachi Uchiha di arc Itachi Pursuit Mission (episode 135-151), momen yang campur pengkhianatan keluarga dan rahasia tersembunyi. Sasuke, dengan Sharingan Mangekyo barunya, hadapi kakaknya yang legendaris—pertarungan ini penuh genjutsu ilusi dan Susanoo raksasa, animasi yang bikin mata lelah tapi tak bisa berhenti tonton. Fakta, episode ini capai 10 juta view streaming global saat rilis, dan kini, dengan 4K, efek api Amaterasu terlihat lebih ganas, sementara Tsukuyomi Sasuke ciptakan mimpi buruk visual yang haunting.
Yang bikin tragis adalah lapisan emosi: Sasuke dorong dendam sejak pembantaian klan Uchiha, tapi Itachi balas dengan pengorbanan diam-diam untuk lindungi adiknya. Strategi Itachi dengan genjutsu tak terlihat uji ketahanan Sasuke, tapi klimaks saat rahasia terungkap—Itachi mati dengan senyum, tinggalkan Sasuke hancur—jadi pukulan emosional terkuat seri. Penggemar 2025 sering debat ini vs Pain, tapi tak diragukan: pertarungan ini ubah Sasuke dari anti-hero jadi simbol penebusan. Di tengah rewatch, ini highlight bagaimana Shippuden tak takut gali trauma keluarga, bikin penonton renungkan ikatan darah di balik jutsu mematikan.
Naruto vs Sasuke: Klimaks Rivalitas Abadi
Puncak Shippuden tak lain adalah pertarungan final Naruto vs Sasuke di Valley of the End (episode 476-478), klimaks rivalitas yang dimulai sejak masa kecil. Dengan Sage of Six Paths mode untuk Naruto dan Rinnegan untuk Sasuke, duel ini penuh Tailed Beast Bomb dan Chidori-Rasengan clash yang hancurkan lembah—animasi Kishimoto di manga, diadaptasi sempurna di anime, capai 15 juta view saat tayang, dan kini remaster bikin debu chakra terlihat seperti badai pasir. Fakta, ini pertarungan terpanjang seri (3 episode penuh), tapi tak terasa panjang karena pacing ketat.
Strategi mereka saling imbang: Naruto pakai talk-no-jutsu untuk pecah obsesi Sasuke, sementara Sasuke uji batas dengan Indra Arrow vs Naraka Path. Klimaks saat mereka saling tusuk—luka permanen di lengan—simbolkan akhir era perang shinobi. Penggemar 2025 anggap ini terbaik karena tutup lingkaran: dari teman jadi musuh, kembali saudara. Di era Boruto yang lebih damai, ini ingatkan kenapa Shippuden legendaris—pertarungan bukan cuma aksi, tapi resolusi emosi yang bikin nangis. Ini bukan akhir; ia legacy yang terus dibahas.
Kesimpulan
Review pertarungan terbaik di Naruto Shippuden pada 24 Oktober 2025 ini bukti kenapa seri ini tetap tak tergoyahkan: Naruto vs Pain ajar pertumbuhan, Sasuke vs Itachi gali trauma, dan final Naruto vs Sasuke tutup rivalitas abadi. Dengan remaster 4K dan rewatch global, momen-momen ini bukan nostalgia semata, tapi pelajaran tentang kekuatan, pengorbanan, dan perdamaian. Shippuden tak sempurna—pacing kadang lambat, filler bertebaran—tapi pertarungan ini bikin worth it. Di 2025, saat dunia butuh hero seperti Naruto, seri ini ingatkan: ninja sejati menang dengan hati, bukan chakra. Rewatch sekarang; mungkin Anda temukan alasan baru kenapa ini shonen terbaik. Siapa tahu, pertarungan favorit Anda berubah—atau tetap sama, tapi terasa lebih dalam.