Review Komik Bleach. Oktober 2025 membawa kabar gembira bagi penggemar Bleach, saat Studio Pierrot konfirmasi bahwa adaptasi anime final arc, Thousand-Year Blood War Part 4: The Calamity, bakal tayang di 2026 dengan teaser visual Ichigo yang epik. Tak ketinggalan, Part 3 dijadwalkan rilis musim gugur tahun ini, lengkap dengan tambahan karakter orisinal dari Tite Kubo yang bikin spekulasi liar di kalangan fans. Manga Bleach sendiri, karya Tite Kubo yang tayang di Weekly Shonen Jump dari 2001 hingga 2016 dengan 74 volume, tetap jadi fondasi utama yang bikin seri ini legendaris. Di era di mana shonen seperti Jujutsu Kaisen dan Chainsaw Man lagi naik daun, Bleach kembali disorot sebagai pionir genre supernatural action. Review ini kupas ulang komiknya dari sudut segar, terutama bagaimana cerita Ichigo Kurosaki ini masih relevan buat pembaca baru yang penasaran sama hype-nya. Yuk, kita selami dunia Soul Reaper ini tanpa spoiler berat. BERITA BOLA
Ringkasan Cerita dari Komik Ini: Review Komik Bleach
Bleach dimulai dengan Ichigo Kurosaki, remaja SMA biasa di Karakura Town yang punya kemampuan langka: bisa lihat roh dan Hollow—makhluk monster pemakan jiwa yang haus darah. Suatu malam, pertemuannya dengan Rukia Kuchiki, seorang Soul Reaper (atau Shinigami) yang bertugas lindungi manusia dari ancaman supernatural, ubah segalanya. Saat Rukia cedera parah, Ichigo terima kekuatannya lewat transfer darah—secara harfiah—dan jadi pengganti Soul Reaper. Dari situ, cerita meledak ke petualangan penuh aksi: Ichigo dan teman-temannya seperti Orihime Inoue, Yasutora “Chad” Sado, dan Uryu Ishida lawan Hollow yang makin ganas, sambil gali rahasia asal-usul kekuatan Ichigo yang ternyata campur aduk antara manusia, Quincy, dan Hollow.
Arus utama komik ini terbagi jadi arc-arc ikonik. Agent of the Shinigami Arc perkenalkan dunia dasar, di mana Ichigo belajar tanggung jawab barunya. Soul Society Arc bawa dia ke dunia arwah, Soul Society, buat selamatkan Rukia dari eksekusi—lengkap dengan pertarungan epik melawan kapten-kapten Divisi 13 yang punya zanpakuto (pedang jiwa) unik. Hueco Mundo Arc gelapkan nada dengan invasi ke alam Hollow, ungkap konspirasi besar soal Aizen Sosuke, antagonis utama yang manipulatif. Arrancar Arc dan Fake Karakura Town Arc naikkan taruhan dengan perang skala besar, sementara Thousand-Year Blood War Arc tutup seri dengan konflik antar klan kuno: Shinigami vs. Quincy yang dipimpin Yhwach. Secara keseluruhan, Bleach campur elemen action, misteri, dan drama keluarga, dengan tema utama soal identitas, pengorbanan, dan batas antara hidup-mati. Tite Kubo bangun universe luas lewat side story seperti Can’t Fear Your Own World novel, tapi manga intinya tetap fokus pada perjalanan Ichigo dari bocah impulsif jadi pahlawan dewasa.
Kenapa Komik Ini Sangat Untuk Dibaca: Review Komik Bleach
Di 2025, saat anime TYBW lagi bikin Bleach trending lagi di Crunchyroll dan Netflix, manga aslinya wajib dibaca buat yang mau dalami lore tanpa filler anime yang kadang bikin bosan. Ceritanya timeless: siapa yang nggak relate sama Ichigo yang berjuang seimbangin hidup normal sama tanggung jawab berat? Arc awal, terutama Soul Society, punya pacing cepat dan twist yang bikin nagih—bayangin cliffhanger tiap chapter yang bikin nunggu minggu depan kayak siksaan manis. Desain karakter Kubo juga juara: dari bankai flashy Ichigo sampe zanpakuto yang punya personality sendiri, semuanya visual feast buat pembaca visual learner.
Lebih dari hiburan, Bleach dorong refleksi soal mental health—Ichigo sering hadapi inner hollow-nya, metafora buat struggle internal yang relevan banget di era anxiety gen Z. Buat pemula, mulai dari volume 1 aja udah cukup bikin ketagihan, apalagi dengan edisi digital di Viz Media yang gampang diakses. Di komunitas Reddit dan Twitter, fans lama sering rekomen manga daripada anime awal karena adaptasinya lebih ketat. Kalau kamu lagi cari shonen yang campur humor ringan sama pertarungan brutal, Bleach pas banget—apalagi sekarang, pas hype TYBW bikin diskusi panas soal ending manga yang kontroversial tapi satisfying.
Sisi Positif dan Negatif dari Komik Ini
Bleach punya banyak sisi positif yang bikin dia bertahan 20 tahun lebih. Pertama, artwork Kubo emang masterpiece: garis tebal, pose dinamis, dan desain monster Hollow yang creepy tapi stylish bikin tiap panel kayak seni. Karakter side-nya kaya—dari Byakuya Kuchiki yang cool sampe Grimmjow yang savage—bikin universe terasa hidup, nggak cuma bergantung Ichigo. Fight scene-nya inovatif, dengan konsep shikai-bankai yang kasih variasi tak terbatas, plus tema filosofis soal kematian yang dalem tanpa pretensius. Arc tengah, seperti Hueco Mundo, puncak kreativitas Kubo, di mana world-building-nya luas dan emosional payoff-nya kuat. Buat fans, manga ini juga inspirasi buat cosplay dan fanart yang masih booming sampe sekarang.
Tapi, nggak ada yang sempurna. Sisi negatif utama adalah pacing yang naik-turun: arc awal dan Soul Society solid, tapi Fullbring Arc terasa lambat dan filler-ish, sementara TYBW arc endingnya dirasa rushed oleh banyak pembaca—seolah Kubo buru-buru tutup cerita setelah cancelation Weekly Shonen Jump. Beberapa karakter underutilized, seperti Nelliel atau Tier Harribel, yang potensinya nggak tergali maksimal. Plus, romansa sub-plotnya lemah; hubungan Ichigo-Orihime terasa forced buat sebagian fans. Secara keseluruhan, kualitas drop di paruh kedua bikin seri ini polarisasi—keren buat yang suka action, tapi frustrating buat yang cari plot ketat ala Death Note.
Kesimpulan
Bleach bukan cuma manga shonen biasa; dia pionir yang bentuk genre action supernatural modern, dan di 2025, dengan TYBW anime yang lagi on fire, saatnya baca ulang atau mulai dari awal. Dari ringkasan cerita Ichigo yang penuh twist sampe sisi positif artwork epiknya, komik ini tawarin pengalaman rollercoaster emosi yang susah dilupain—meski pacing-nya kadang bikin geleng-geleng. Kalau kamu lagi cari bacaan yang bikin deg-degan, campur tawa sama air mata, Bleach jawabannya. Tite Kubo buktikan, bahkan setelah 74 volume, dunia Soul Society masih punya ruang buat cerita baru. Ambil volume 1 sekarang, dan siap-siap ketagihan—karena di akhir, Bleach ingetin kita: mati itu bukan akhir, tapi awal pertarungan baru.