Review Komik Berserk of Gluttony. Pada akhir September 2025, volume 14 manga “Berserk of Gluttony” baru saja rilis di Jepang, bikin penggemar isekai heboh sambil nunggu update anime season kedua yang dikabarkan bakal datang tahun depan. Serial karya Ichika Isshiki dengan ilustrasi Daisuke Takino ini, yang adaptasi dari light novel fame, terus jadi andalan di rakuten Kobo award sejak menang grand prize isekai comic tahun lalu. Di tengah banjir judul fantasi ringan, “Berserk of Gluttony” beda: ia tawarkan dark twist di genre power fantasy, di mana lapar bukan cuma metafor, tapi senjata mematikan. Dengan lebih dari 11 volume manga dan anime 2023 yang tayang di Crunchyroll, cerita Fate Graphite ini tak cuma hibur, tapi juga gali sisi gelap ambisi. Di usia serial yang makin matang, apa yang bikin ia tetap nempel di hati pembaca? Kita review ulang, dari plot hingga pesonanya yang bikin ketagihan. BERITA BASKET
Ringkasan dari Komik Ini: Review Komik Berserk of Gluttony
“Berserk of Gluttony” ikuti Fate Graphite, pemuda biasa yang lahir di desa miskin dengan satu-satunya skill “Gluttony”—kemampuan yang bikin ia lapar kronis dan dianggap sampah oleh semua orang. Sebagai penjaga istana di Hauptstadt, Fate cuma dapat remah-remah makanan, sambil sembunyiin rahasia skill-nya yang sebenarnya mematikan: setiap musuh yang dibunuh, ia serap kekuatan, skill, bahkan jiwa mereka untuk jadi lebih kuat. Cerita buka dramatis saat Fate bunuh pencuri yang coba rampok, rasain ledakan power pertama—tapi juga kutukan lapar yang makin ganas.
Perjalanan Fate lanjut saat ia bergabung Black Swordsman, kelompok ksatria misterius, dan temui Roxy Heart, kapten wanita tangguh yang jadi mentor sekaligus bunga hati. Ada juga Myu, gadis penyihir imut tapi kuat, dan Greed, roh rakus dari skill Gluttony yang muncul sebagai suara dalam kepala Fate, kasih nasihat sarkastik. Konflik utama bangun lewat perang melawan Lord of Famine, di mana Fate hadapi dilema: power Gluttony bikin ia tak terhentikan, tapi juga ancam jiwa dan hubungannya dengan orang terdekat. Manga volume 1-14 campur action brutal, romansa halus, dan elemen misteri soal asal skill-nya, dengan cliffhanger volume terbaru yang libatkan pertarungan epik melawan beast zodiac. Runtime cerita per volume sekitar 200 halaman, fokus progression Fate dari underdog ke berserker, tapi tanpa lupa gali trauma masa kecilnya.
Alasan Komik Ini Sangat Populer: Review Komik Berserk of Gluttony
“Berserk of Gluttony” meledak berkat formula isekai yang segar: bukan pindah dunia, tapi power-up gelap di dunia asli yang penuh diskriminasi skill. Light novel asli mulai serialisasi 2017 di Shosetsuka ni Naro, cepat adaptasi manga 2018, dan anime 2023 yang dorong penjualan ke jutaan copy. Di 2025, volume 14 rilis bareng promo di Ride Comics Jepang, bikin fans binge ulang—terutama pasca-anime yang adaptasi volume 1-3 dengan animasi solid dari studio A.C.G.T. Popularitasnya naik karena mirip “That Time I Got Reincarnated as a Slime” soal skill devouring, tapi lebih gritty seperti “Tokyo Ghoul”, tarik pembaca yang muak cerita OP tanpa konsekuensi.
Di media sosial, diskusi terbaru penuh hype soal evolusi Fate yang “insane”, dengan challenge TikTok reka adegan Gluttony yang viral. Award Rakuten Kobo 2024 bantu eksposur global, sementara Crunchyroll dub baru Agustus lalu dorong harapan season 2. Secara budaya, ia resonan di kalangan Gen Z yang suka tema mental health lewat lapar metaforis Fate—bukan cuma action, tapi renungan soal ambisi yang rakus. Penjualan manga capai 5 juta copy kumulatif, bukti kenapa ia staple di daftar “best dark isekai” MyAnimeList dengan rating 7.2, dan terus tren di forum seperti Reddit di mana fans debat timeline beast zodiac.
Sisi Positif dan Negatif Komik Ini
Positif “Berserk of Gluttony” ada di worldbuilding yang kaya: dunia di mana skill tentukan status sosial digambarkan detail, dari kastil megah Hauptstadt hingga hutan berbahaya penuh monster, bikin imajinasi pembaca liar. Ilustrasi Takino dinamis—panel action penuh gore tapi artistik, terutama saat Gluttony aktif dengan efek bayangan hitam yang mencekam. Karakter Fate berkembang organik: dari pemalu yang insecure jadi pahlawan ragu, didukung sidekick seperti Greed yang lucu sarkastik. Romansa dengan Roxy halus, tambah kedalaman emosional tanpa paksa. Di volume baru, plot twist soal asal Gluttony bikin ketagihan, dengan pacing yang seimbang action dan dialog filosofis. Banyak fans kasih 8.5/10 karena “dark fantasy enjoyable” yang motivasi beli light novel asli.
Negatifnya, cerita kadang kehilangan arah setelah volume 3—seperti banyak bilang, awal kuat dengan revenge fantasy, tapi belakangan overload subplot zodiac beast yang bikin timeline bingung. Art awal agak bland, karakter sampingan seperti Myu terlalu trope-ish (gadis imut penyihir), dan pacing breakneck bikin kurang ruang napas. Beberapa kritik sebut ending arc terlalu cliffhanger berulang, bikin frustasi nunggu volume baru, sementara elemen gore berat bisa overwhelming bagi pembaca sensitif. Di review, ada yang kasih F untuk character development yang “cringe” di anime adaptasi, meski manga lebih baik. Meski begitu, kekurangan ini tak samar pesona utamanya—ia tetap lebih kuat sebagai binge read daripada analisis dalam.
Kesimpulan
“Berserk of Gluttony” di 2025 tetap jadi rajanya dark isekai, dari ringkasan perjuangan Fate yang rakus hingga popularitas berkat award dan hype season 2, dengan positif worldbuilding kalahkan negatif pacing goyah. Bukan cuma power fantasy, ia renungan soal harga kekuatan yang bikin pembaca mikir dua kali. Saat volume 14 baru rilis, serial ini bukti: lapar bisa jadi berkah sekaligus kutukan. Kalau belum mulai, ambil volume 1 sekarang—atau re-read untuk rasain lagi gigitan Gluttony itu. Siap kenyang dengan cerita gelap?