Review Komik Saihate no Paladin. Di akhir 2025, “Saihate no Paladin” atau “The Faraway Paladin” masih jadi salah satu light novel dan manga isekai yang paling sering direkomendasikan kalau kamu lagi cari cerita reinkarnasi yang nggak cuma soal cheat skill dan harem. Mulai terbit sebagai novel web sejak 2015, kemudian diadaptasi manga sejak 2017 dan anime dua season di 2021-2023, karya Kanata Yanagino ini sudah punya 14 volume novel dan 12 volume manga hingga sekarang. Cerita tentang Will yang dibesarkan tiga undead di kota mati langsung bikin orang jatuh cinta karena pendekatan yang jauh dari formula isekai biasa: lebih banyak filosofi, agama, persahabatan, dan pertumbuhan karakter daripada grinding level. INFO CASINO
Dunia dan Premis yang Segar: Review Komik Saihate no Paladin
Will lahir kembali di dunia fantasi sebagai bayi, tapi bukannya di desa hero atau kerajaan, ia dibesarkan di City of the Dead oleh tiga undead legendaris: Blood si skeleton warrior, Mary si mummy priestess, dan Gus si ghost mage. Mereka ajarin Will segalanya: bertarung, sihir, membaca, etika, dan yang paling penting – apa arti hidup kalau kamu cuma satu-satunya manusia di antara mayat. Ketika Will dewasa, ia tinggalkan kota mati demi cari alasan hidup dan bantu orang lain, sambil bawa kontrak dengan dewi kasih karunia, Gracefeel.
Yang bikin beda, dunia ini punya sistem dewa yang aktif, agama yang nyata, dan konsekuensi moral dari setiap pilihan. Will bukan OP dari awal – ia kuat karena latihan keras dan ikatan emosional dengan “keluarganya” yang undead, bukan karena blessing cheat dari dewi.
Karakter dan Perkembangan yang Dalam: Review Komik Saihate no Paladin
Will adalah protagonis isekai paling rendah hati yang pernah ada. Ia tak pernah sombong, selalu ingat ajaran tiga orang tua angkatnya, dan tiap kali dapat kekuatan baru, ia pakai untuk lindungi orang lain, bukan pamer. Blood, Mary, dan Gus jadi trio mentor paling memorable di genre ini – tiap flashback soal masa lalu mereka selalu bikin pembaca menangis. Karakter pendukung seperti Menel (half-elf archer yang sinis), Bee dan Tonio (petualang biasa), sampai penduduk kota Whitesails juga diberi ruang berkembang, jadi dunia terasa hidup, bukan cuma latar buat Will.
Di arc terbaru (volume 11-14 novel), Will sudah jadi paladin tingkat tinggi, hadapi ancaman iblis dan politik antar negara, tapi tetap setia pada nilai “melindungi yang lemah” yang diajarkan sejak kecil.
Gaya Seni dan Narasi yang Menyentuh
Manga karya Mutsumi Okubashi punya garis bersih dan ekspresi wajah yang sangat emosional – tiap panel Mary tersenyum atau Gus menghela napas terasa berat. Adaptasi anime season 1 (2021) dapat pujian karena musik dan voice acting yang pas banget, meski season 2 (2023) sedikit turun karena pacing lebih cepat. Narasi novelnya puitis tapi tak bertele-tele, sering sisipkan kutipan doa atau refleksi hidup yang bikin pembaca berhenti sejenak. Di 2025, komik ini masih rutin masuk top 10 penjualan isekai tiap volume baru rilis, bukti bahwa cerita lambat tapi bermakna masih punya tempat.
Kesimpulan
“Saihate no Paladin” adalah isekai yang berani jadi beda di tengah lautan judul serupa: tak ada harem, tak ada revenge buta, tak ada “aku terkuat karena truck-kun”. Yang ada cuma anak manusia yang dibesarkan mayat hidup, belajar arti kasih sayang, lalu keluar ke dunia demi jadi cahaya bagi orang lain. Kalau kamu lagi bosan sama protagonis sombong atau cerita cuma soal naik level, ini obatnya. Di akhir 2025, Will dan keluarga undead-nya masih jadi pengingat manis: terkadang, pahlawan terkuat adalah yang tak pernah lupa dari mana ia dibesarkan – bahkan kalau “rumah” itu kota mati. Wajib baca buat yang cari isekai dengan hati.